Kota Jakarta adalah jantung dari Negara Republik Indonesia dimana pusat perekonomian beserta berjuta permasalahannya ada di kota kecil padat penduduk ini. Di balik nama beberapa daerah di Jakarta tersimpan kisah, cerita dan sejarah dimana nama itu muncul.
1. Karet Tengsin
Nama daerah yang kini termasuk Kawasan Segitiga Emas Kuningan ini berasal dari nama orang cina yang kaya raya dan baik hati. Orang itu bernama Tan Teng Sien. Karena baik hati dan selalu memberi bantuan kepada orang-orang sekitar kampung, maka Teng Sien cepat dikenal oleh masyarakat sekitar dan selalu menyebut daerah itu sebagai daerah Teng Sien. Karena pada waktu itu banyak pohon karet, maka daerah itu dikenal dengan nama Karet Tengah.
2. Kebayoran
Kebayoran berasal dari kata kebayuran, yang artinya “tempat penimbunan kayu bayur”. Kayu bayur yang sangat baik dapat dijadikan kayu bangunan karena kekuatannya serta tahan terhadap rayap.
3. Lebak Bulus
Daerah yang terkenal dengan stadion dan terminalnya diambil dari kata “lebak” yang artinya lembah dan “bulus” yang berarti kura-kura. Jadi Lebak Bulus dapat disamakan dengan Lembah Kura-kura. Kawasan ini memang kontur tanahnya tidak rata seperti lembah dan di kali Grogol dan kali Pasanggrahan, 2(dua) kali yang mengalir di daerah tersebut memang terdapat banyak sekali kura-kura alias bulus.
4. Kebagusan
Nama kebagusan, daerah yang menjadi tempat hunian mantan Presiden Megawati, berasal dari nama seorang gadis jelita, Tubagus Letak Lenang. Konon, kecantikan gadis keturunan Kesultanan Banten ini membuat banyak pemuda ingin meminangnya. Agar tidak mengecewakan hati para pemuda itu, ia akhirnya memilih bunuh diri. Sampai sekarang makam itu masih ada dan dikenal dengan nama Ida Bagus.
5. Ragunan
Berasal dari Wiraguna, yaitu gelar yang di sandang Tuan Tanah pertama di kawasan tersebut yang bernama Hendrik Lucaasz Cardeel, yang diperolehnya dari Sultan Banten Abunasar Abdul Qahar, putra Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Pasar Rumput
Dulu, tempat ini merupakan tempat berkumpulnya para pedagang pribumi yang menjual rumput. Para pedagang rumput terpaksa mangkal dilokasi ini karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke permukiman elit Menteng. Saat itu, sado adalah sarana transportasi bagi orang-orang kaya sehingga hamper sebagian besar penduduk Menteng memelihara kuda.
7. Pasar Meriam
Asal usul nama daerah yang berada diperempatan Matraman dengan Jatinegara ini berasal dari suatu peristiwa sejarah yang terjadi sekitar tahun 1813. Pada waktu itu pasukan artileri meriam inggris yang akan menyerang Batavia, mengambil daeraj itu untuk meletakan meriam yang sudah siap ditembakan. Peristiwa tersebut sangat mengesankan bagi masyarakat sekitar dan menyebut nama daerah ini Paal Meriam (tempat meriam disiapkan).
8. Cawang
Dulu, ketika Belanda berkuasa, ada seorang Letnan Melayu yang mengabdi pada kompeni, bernama Ence Awang. Letnan ini bersama anak buahnya bermukim di kawasan yang tak jauh dari Jatinegara. Lama kelamaan sebutan Ence Awang berubah menjadi Cawang.
9. Pondok Gede
Sekitar tahun 1775, lokasi ini merupakan lahan pertanian dan peternakan yang disebut dengan Onderneming. Di sana terdapat sebuah rumah yang sangat besar milik tuan tanah yang bernama Johannes Hoojiman. Karena merupakan satu-satunya bangunan besar yang ada di lokasi tersebut, bangunan itu sangat terkenal. Masyarakat pribumi pun menjulukinya “Pondok Gede”.
10. Condet Batu Ampar dan Balekambang
Pada zaman dahulu ada sepasang suami istri, namanya Pangeran Geger dan Nyai Polong, mereka memiliki beberapa orang anak. Salah satu anaknya, perempuan, diberi nama Siti Maemunah, terkenal sangat cantik. Pangeran Astawana, anak Pangeran Tenggara atau Tonggara asal Makassar pun tertarik melamarnya. Siti Maemunah meminta dibangunkan sebuah rumah dan tempat peristirahatan di atas empang, dekat kali Ciliwung, yang harus selesai dalam satu malam. Permintaan itu disanggupinya dan menurut legenda, esok harinya sudah tersedia rumah dan sebuah bale disebuah empang dipinggir kali Ciliwung. Untuk menghubungkan rumah itu dengan kediaman keluarga Pangeran Tenggara, dibuat jalan yang diampari (dilapisi) batu. Demikian menurut cerita, tempat yang dilalui jalan yang diampari batu itu selanjutnya disebut Batu Ampar, dan bale (balai) peristirahatan yang seolah-olah mengambang di atas air itu disebut Balekambang.
11. Glodok
Asalnya dari kata grojok yang merupakan sebutan dari bunyi air yang jatuh dari pancuran air. Di tempat itu dahulu kala ada semacam waduk penampungan air kali Ciliwung. Orang Tionghoa dan keturunan Tionghoa menyebut grojok sebagai glodok karena orang Tionghoa sulit mengucapkan kata grojok seperti layaknya orang pribumi.
12. Kwitang
Dulu di wilayah tersebut sebagian tanahnya dikuasai dan dimiliki oleh tuan tanah yang sangat kaya raya sekali bernama Kwik Tang Kiam. Orang Betawi zaman dalu menyebut daerah itu sebagai Kampung si Kwi Tang dan akhirnya lama-lama tempat tersebut dinamai Kwitang.
13. Senayan
Dulu daerah Senayan adalah milik seseorang yang bernama Wangsanaya yang berasal dari Bali. Tanah tersebut disebut orang-orang dengan sebutan Wangsanayan yang berarti tanah tempat tinggal atas tanah milik Wangsanaya. Lambat laun akhirnya orang menyingkat nama Wangsanayan menjadi Senayan.
14. Menteng
Daerah Menteng Jakarta Pusat pada zaman dahulu kala merupakan hutan yang ditumbuhi banyak pohon buah-buahan. Karena banyak pohon buah menteng, orang menyebut wilayah tersebut dengan nama Kampung Menteng. Setelah tanah tersebut dibeli oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1912 sebagai lokasi peruamahan pegawai pemerintah Hindia Belanda maka daerah itu disebut Menteng.